Kaya Miskin Bukan Ukuran Kebahagian
Kami pernah diceritakan oleh seorang temen, ketika dia kerja di Perusahaan Minyak di Kalimantan, gaji perbulan di atas 30 jt. Sudah punya rumah mewah, mobil mewah dll. Namun dia merasa kehidupannya itu tidak bahagia, dia cerai dengan istrinya, lalu dia terjerumus ke dalam berbagai macam dosa besar, semisal narkoba, mabok dan ****. Allahul Mustaan
Namun atas nikmat Allah, beliau mendapatkan setitik cahaya untuk bertaubat mengenal manhaj salaf yang mulia ini. Akhirnya keluar dari perusahaan dan menjauhi lingkungan yang buruk sebelumnya, dan hidup sederhana dengan penghasilan yang tidak pasti. Kadang sehari dapat 20 rb, 100 rb. Namun dia merasa lebih nyaman dan tenang, daripada penghasilan yang dulu. Banyak sih, namun resah dan gelisah.
Dia keluar bukan karena penghasilannya yang haram, namun lingkungannya yang buruk sehingga dia terjerumus ke dalam dosa dosa besar yang diharamkan oleh Allah Ta’ala.
Hal ini menunjukkan bahwa kebahagiaan bukan karena kaya atau miskin, tapi bagaimana dekatnya kita dengan Allah Ta’ala.
Naam, kita tidak pungkiri bahwa duit itu penting, namun bukan segalanya dan satu-satunya pintu kebahagiaan.
Seandainya duit merupakan pintu kebahagiaan, maka hanya orang-orang kaya raya lah yang bahagia. Namun realita tidak demikian, betapa banyak orang-orang kaya mati bunuh diri karena tidak bahagia, mereka juga pakai narkoba, mencari pemuas di Bar dan lainnya. Itu menunjukkan mereka tidak bahagia secara hakiki.
Orang bahagia itu adalah, jika dia diberi nikmat maka bersyukur, jika diuji maka bersabar, dan jika terjatuh ke dalam dosa maka dia istigfar. (Lihat Kitab Qowaidul Arba)
Dakwah Pedalaman Tim Markiz Darul Quran was Sunnah Lipatkain
~Abu Yusuf ~
Link Postingan : https://catatan.tirinfo.com/kaya-miskin-bukan-ukuran-kebahagian/